Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rabu Pagi
di Jakarta Sebelah Timur
Pukul 07.41
di Jakarta Sebelah Timur
Pukul 07.41
Hidup ini adalah soal penantian. Ada yang menanti
kelahiran anak pertamanya, ada yang menanti hari pernikahannya, ada yang
menanti wisuda kelulusannya, ada yang menanti liburan panjang, ada yang menanti
seseorang menyatakan cinta kepadanya (halah, dasar bucin), ada yang menanti
sahabatnya pulang dari perantauannya bahkan disampingku kini seorang supir
angkot sedang menanti penumpang supaya dapat memenuhi setoran kepada
juragannya. Semua kita menanti, menanti sesuatu yang kita anggap pantas untuk
dinanti.
Pukul 07.48
Kau tahu? Aku masih menanti, saat ini saja aku
sedang berdiri mematung menunggu bus Transjakarta. Aku menanti, sebagaimana
ibu-ibu yang menyelak antrianku ini menanti. Aku menanti, seperti juga
mbak-mbak berjilbab biru ini menanti di shaff terdepan namun tidak kunjung naik
ke bus yang datang, hmm mungkin dia menungguku? Maaf mbak, kamu bukan tipeku.
Aku juga menanti datangnya inspirasi untuk penulisanku ini. Oh ya, aku juga
masih menantimu walau aku tahu kau sedang menanti yang lain.
Pukul 08.00
Pukul 08.01
Pukul 08.02
Lihat? 3 menit terbuang percuma hanya untuk
memikirkan kalimat apa yang pantas ditulis. Hehe penantian yang sia-sia bukan?
Sama seperti menanti seseorang yang tidak menantimu. Maksudku untukku, bukan
untukmu. Ya apalah aku, ibarat rambu P coret, ada tapi dianggap tak ada.
Pukul 08.10
Menanti memang tidak menyenangkan, walaupun tidak
seluruhnya begitu. Kalau penantianmu hanya diisi dengan duduk dan merenung, apa
gunanya? Isi penantianmu dengan hal-hal positif, agar masa penantianmu menjadi
produktif, dan ketika tiba masanya apa yang kamu nantikan itu datang maka
setidaknya kamu bisa mengangkat kepala untuk apapun yang mungkin akan terjadi.
Optimis itu wajib, tapi juga harus rasional. Peluang untuk mendapatkan apa yang
kita nantikan itu beragam, maka seharusnya kita juga mempersiapkan diri apabila
ekspektasi tak sejalan dengan realita nanti.
Pukul 08.22
Bus yang aku tumpangi singgah di halte Penas
Kalimalang, kini sudah kembali melaju setelah kondektur menanti penumpang yang
mungkin akan naik. Hidup seharusnya seperti itu, tetap berjalan sebagaimana
mestinya karena mungkin saja di depan sana akan ada yang lebih patut untuk kita
nantikan.
Pukul 08.34
Dari semua penantian, aku rasa yang paling pantas
untuk dinanti adalah ajal, kematian. Kenapa? Karena dari semua yang kamu
nantikan, kematian adalah sesuatu yang pasti kamu dapatkan. Lebih dari itu,
janji-janji Tuhanmu adalah sesuatu yang pasti akan kamu dapatkan. Aku rasa,
menanti apa yang telah dijanjikan Tuhan, kemudian mengisi masa penantian untuk
taat kepada-Nya, akan menjadikan penantian-penantian selainnya terasa kecil dan
ringan.